Click here for Myspace Layouts

Mulailah membaca Artikel-Artikel ini dengan Bismillah

Sabtu, 24 Desember 2011

SYA`IR PENGGUGAH JIWA

Berkata seorang penyair:

مَا الْعِلْمُ إِلاَّ كِتَابُ اللهِ وَاْلأَثَرُ
وَمَا سِوَى ذَاكَ لاَ عَيْنٌ وَلاَ أَثَرُ
إِلاَّ هَوًى وَخُصُوْمَاتٍ مُلْفِقَةً
فَلاَ يَغُرَّنَّكَ مِنْ أَرْبَابِهَا هَدَرُ

Tidaklah dinilai ilmu kecuali apa yang ada dalam Kitabullah dan Atsar (Sunnah)
Sedangkan yang selainnya tidak ada wujudnya dan pengaruhnya
Kecuali hawa nafsu dan pertikaian yang diada-adakan kedustaan padanya
Maka jangan sekali-kali menipumu kebatilan pemiliknya
(Syadzaratudz Dzahab, 7/103 dinukil dari Waratsatul Anbiya, hal. 12)


ISI DUNIA

Alangkah indahnya ungkapan Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullahu berikut ini:

إِنَّ ِللهِ عَـباَداً فُـطَـناً طَلَّـقُوا الدُّنْـيَا وَخَافُوا اْلفِتَنَا
نَظَرُوا فِيهَا فَلَمَّا عَلِمُوا أَنَّـهَا لَيسَـتْ لِحَيِّ وَطَـنَا
جَعَـلُوْ هَا لُجَّةً وَاتَّخَذُوا صَالِحَ اْلأعْمَـالِ فِيْهَا سُفُنَا

Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki hamba-hamba yang cerdas
Yang tinggalkan dunia karena takut fitnahnya
Mereka cermati dunia, dan setelah tahu
Kiranya dunia bukan tempat kehidupan (sejati)
Mereka jadikan dia bak gelombang
dan siapkan amalan shalih sebagai perahu menyeberanginya



Selengkapnya...

Rabu, 21 Desember 2011

Hukum Seorang Wanita Menambahkan Nama Suaminya di Belakang Namanya

Fatwa Lajnah Da’imah:

Fatawa al-Lajnah ad-Da’imah lil Buhutsil Ilmiyyah wal Ifta’ juz 20 halaman 379.

Pertanyaan :

Telah umum di sebagian negara, seorang wanita muslimah setelah menikah menisbatkan namanya dengan nama suaminya atau laqobnya. Misalnya: Zainab menikah dengan Zaid, Apakah boleh baginya menuliskan namanya : Zainab Zaid? Ataukah hal tersebut merupakan budaya barat yang harus dijauhi dan berhati-hati dengannya?

Jawab :

Tidak boleh seseorang menisbatkan dirinya kepada selain ayahnya.

Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:

ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ

“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan memakai nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil di sisi Allah.” [QS al-Ahzab: 5]

Sungguh telah datang ancaman yang keras bagi orang yang menisbatkan kepada selain ayahnya. Maka dari itu tidak boleh seorang wanita menisbatkan dirinya kepada suaminya sebagaimana adat yang berlaku pada kaum kuffar dan yang menyerupai mereka dari kaum muslimin.

وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

al-Lajnah ad-Da’imah lil Buhutsil Ilmiyyah wal Ifta’

Ketua : Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz

Wakil : Abdul Aziz Alu Syaikh

Anggota :

Abdulloh bin ghudayyan

Sholih al-Fauzan

Bakr Abu Zaid

فتاوى اللجنة الدائمةالسؤال الثالث من الفتوى رقم ( 18147 )
س3: قد شاع في بعض البلدان نسبة المرأة المسلمة بعد الزواج إلى اسم زوجها أو لقبه، فمثلا تزوجت زينب زيدا، فهل يجوز لها أن تكتب: (زينب زيد)، أم هي من الحضارة الغربية التي يجب اجتنابها والحذر منها؟
ج3: لا يجوز نسبة الإنسان إلى غير أبيه، قال تعالى: { ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ } (1) وقد جاء الوعيد الشديد على من انتسب إلى غير أبيه. وعلى هذا فلا يجوز نسبة المرأة إلى زوجها كما جرت العادة عند الكفار، ومن تشبه بهم من المسلمين
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
عضو … عضو … عضو … نائب الرئيس … الرئيس
بكر أبو زيد … صالح الفوزان … عبد الله بن غديان … عبد العزيز آل الشيخ … عبد العزيز بن عبد الله بن باز

***

Fatwa Syaikh Sholih al-Fauzan hafidzohulloh

Pertanyaan :

Apakah boleh seorang wanita setelah menikah melepaskan nama keluarganya dan mengambil nama suaminya sebagaimana orang barat?

Jawab :

Hal itu tidak diperbolehkan, bernasab kepada selain ayahnya tidak boleh, haram dalam islam.

Haram dalam islam seorang muslim bernasab kepada selain ayahnya baik laki-laki atau wanita. Dan baginya ancaman yang keras dan laknat bagi yang melakukannya yaitu yang bernasab kepada selain ayahnya hal itu tidak boleh selamanya.

Dari kaset Syarh Mandhumatul Adab Syaikh al-Fauzan Hafidhohulloh

السؤالهل يجوز للمرأة بعد الزواج ان تتنازل عن اسمها العائلي وتاخذ اسم زوجها كما هو الحال في الغرب؟الجواب

هذا لا يجوز الانتساب الى غير الاب لا يجوز حرام في الاسلام
حرام في الاسلام ان المسلم ينتسب الى غير ابيه سواءا كان رجلا ام امرأة وهذا عليه وعيد شديد وملعون من فعله الذي ينتسب الى غير مواليه او ينتسب الى غير ابيه هذا لا يجوز ابدا

من شريط شرح منظومة الآداب للشيخ الفوزان حفظه الله

***
Selengkapnya...

Ada saatnya..


Bismillah..

Hanzhalah Al-Asadi radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang terhitung dalam jajaran juru tulis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertutur:



Suatu ketika, aku berjumpa dengan Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu.

“Ada apa denganmu, wahai Hanzhalah?” tanyanya.

“Hanzhalah ini telah berbuat nifaq,” jawabku.

“Subhanallah, apa yang engkau ucapkan?” tanya Abu Bakr.

“Bila kita berada disisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengingatkan kita tentang neraka dan surga hingga seakan-akan kita bisa melihatnya dengan mata kepala kita. Namun bila kita keluar meninggalkan majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, istri, anak dan harta kita (sawah ladang ataupun pekerjaan, -pent.) menyibukkan kita-kita, hingga kita banyak lupa/lalai,” kataku.

“Demi Allah, kami juga menjumpai yang semisal itu,” Abu Bakr menanggapi perasaan Hanzhalah.

Aku pun pergi bersama Abu Bakar menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga kami dapat masuk ke tempat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Hanzhalah ini telah berbuat nifaq, wahai Rasulullah,” kataku.

“Apa yang engkau katakan? Mengapa engkau bicara seperti itu?” tanya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Wahai Rasulullah, bila kami berada disisimu, engkau mengingatkan kami tentang neraka dan surga hingga seakan-akan kami dapat melihatnya dengan mata kepala kami. Namun bila kami keluar meninggalkan majelismu, istri, anak dan harta kami (sawah ladang ataupun pekerjaan, -pent.) melalaikan kami, hingga kami banyak lupa/lalai,” jawabku.

Mendengar penuturan yang demikian itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya kalian tetap berada dalam perasaan sebagaimana yang kalian rasakan ketika berada disisiku dan selalu ingat demikian, niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian diatas tempat tidur kalian dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi wahai Hanzhalah, ada saatnya begini dan ada saatnya begitu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkannya tiga kali. (HR. Muslim no. 6900, kitab At-Taubah, bab Fadhlu Dawamidz Dzikr wal Fikr fi Umuril Akhirah wal Muraqabah, wa Jawazu Tarki Dzalik fi Ba’dhil Auqat wal Isytighal bid Dunya).

Dalam riwayat lain disebutkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas dengan lafadz: “Wahai Hanzhalah, ada saatnya begini, ada saatnya begitu. Seandainya hati-hati kalian senantiasa keadaannya sebagaimana keadaan ketika ingat akan akhirat, niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian, hingga mereka mengucapkan salam kepada kalian di jalan-jalan.” (HR. Muslim no. 6901)

Hanzhalah radhiallahu ‘anhu dengan kemuliaan dirinya sebagai salah seorang shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidaklah membuatnya merasa aman dari makar Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Bahkan ia merasa khawatir bila ia termasuk orang munafik, karena saat berada di majelis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam rasa khauf (takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan azab-Nya yang pedih) terus menyertainya, dibarengi muraqabah (merasa terus dalam pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala), berpikir dan menghadapkan diri kepada akhirat. Namun ketika keluar meninggalkan majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia disibukkan dengan istri, anak-anak dan penghidupan dunia. Hanzhalah khawatir hal itu merupakan kemunafikan, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengajari Hanzhalah dan para shahabat yang lain bahwa keadaan seperti itu bukanlah kemunafikan. Karena mereka tidaklah dibebani untuk terus menerus harus memikirkan dan menghadapkan diri hanya pada kehidupan akhirat. Ada waktunya begini dan ada waktunya begitu. Ada saatnya memikirkan akhirat dan ada saatnya mengurusi penghidupan di dunia. (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 17/70)



Ketika Hanzhalah radhiallahu ‘anhu mengeluhkan perasaan dan keadaan dirinya yang demikian itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bila keadaannya sama dengan keadaannya ketika bersama beliau, merasa hatinya itu lunak dan takut kepada Allah. Terus keadaannya demikian di mana pun ia berada, niscaya para malaikat dengan terang-terangan akan menyalaminya di majelisnya, di atas tempat tidurnya dan di jalan-jalannya.

Namun yang namanya manusia tidaklah bisa demikian. Ada waktunya ia bisa menghadirkan hatinya untuk mengingat akhirat, dan ada saatnya ia lemah dari ingatan akan akhirat. Ketika waktunya ingat akan akhirat, ia bisa menunaikan hak-hak Rabbnya dan mengatur perkara agamanya. Saat waktunya lemah, ia mengurusi bagian dari kehidupan dunianya ini. Dan tidaklah seseorang dianggap munafik bila demikian keadaannya, karena masing-masingnya merupakan rahmah atas para hamba. (Tuhfatul Ahwadzi, kitab Shifatul Qiyamah war Raqa`iq wal Wara’, bab ke 59, Syarhu Sunan Ibni Majah, 2/560)



Al-Imam As-Sindi rahimahullahu menjelaskan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (لَوْ تَدُوْمُوْنَ عَلَى مَا تَكُوْنُوْنَ) : “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan mereka bahwa biasanya hati itu tidak selamanya dapat dihadirkan untuk selalu ingat akhirat. Namun hal itu tidaklah memudharatkan bagi keberadaan iman di dalam hati, karena kelalaian/saat hati itu lupa tidaklah melazimkan (mengharuskan) hilangnya keimanan.” (Syarhu Sunan Ibni Majah, 2/559-560)

Demikianlah ajaran yang diberikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya, kepada para suami dan tentunya juga untuk para istri. Kesibukan dalam rumah tangga, bersenda gurau dengan suami dan bermain-main dengan anak-anak hingga kadang membuat lupa dan lalai, bukanlah suatu dosa yang dapat menghilangkan keimanan dalam hati.



Ada saatnya memang manusia itu lupa dan lalai karena memang demikian tabiat mereka yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan. Yang dicela hanyalah bila ia terus tenggelam dalam kelalaian, ridha terlena dengan keadaan yang demikian, dan memang enggan untuk bangkit memperbaiki diri. Pikirannya hanya dunia dan dunia, tanpa mengingat akhirat. Namun bila terkadang lupa kemudian ingat, ia bersemangat kembali. Demikianlah sifat manusia, manusia bukanlah malaikat yang mereka memang diciptakan semata untuk taat dan selalu beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, selalu mengerjakan dengan sempurna apa yang diperintahkan, tanpa lalai sedikitpun.



وَمَنْ عِنْدَهُ لاَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلاَ يَسْتَحْسِرُوْنَ. يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لاَ يَفْتُرُوْنَ

“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk beribadah kepada-Nya dan tidak pula mereka merasa letih. Mereka selalu bertasbih kepada Allah siang dan malam tiada hentinya-hentinya.” (Al-Anbiya`: 19-20)



Para malaikat itu tidak pernah lelah, tidak pernah bosan dan jenuh karena kuatnya raghbah (harapan) mereka (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala), sempurnanya mahabbah (cinta) mereka, dan kuatnya tubuh mereka. Mereka tenggelam dalam ibadah dan bertasbih di seluruh waktu mereka. Sehingga tidak ada waktu mereka yang terbuang sia-sia dan tidak ada waktu mereka yang luput dari ketaatan. Tujuan mereka selalu lurus, sebagaimana lurusnya amalan mereka. Dan mereka diberi kemampuan untuk melakukan semua itu, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6) [Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir hal. 862, Taisir Al-Karimir Rahman hal. 520-521]



Itulah sifat-sifat malaikat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mulia. Dan manusia, sekali lagi bukanlah malaikat. Pada diri manusia ada kelalaian dan sifat lupa. Kadang semangat dalam menjalankan ketaatan, kadang pula futur (lemah semangat). Kadang hatinya tersibukkan mengingat kematian dan kampung akhirat, kadang pula ia sibuk mengurus dunianya. Begitulah sifat manusia, ada saatnya begini, ada saatnya begitu. Dan orang yang demikian keadaannya tidaklah bisa dicap munafik, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak cap seperti itu ketika diucapkan oleh Hanzhalah radhiallahu ‘anhu.
Selengkapnya...

Sabtu, 10 September 2011

Selamat Bahagia



Bismillah



Baru hitungan bulan aku mengenalnya. Di tempat terindah, tenang dan menentramkan. Di sebuah ma’ad. Usianya lebih muda dariku, tapi ilmunya luar biasa. Aku sangat iri. Di usia sekarang aku baru belajar. Kemana saja aku dulu.

Salafy. Begitu sulit untuk menyandangnya. Menisbatkan diri mengikuti Rasulullah dan para sahabat. Ya Allah betapa bahagianya aku berada di tempat yang Engkau jaga. Yaitu di Ma’had ini.



Di ma’had aku sebagai administrasi. Di ma’had aku bekerja sambil belajar.



Dengannya aku sebagai musrifah bagi para santriwati. Hari-hari ku lalui bersamanya. Kebersamaan kami banyak menyimpan kenangan walaupun hanya hitungan bulan.



Saat ini, sebenarnya hatiku belum rela untuk berpisah dengannya. Tapi dia harus menjalani kehidupan barunya dengan lelaki pilihan Allah.



Ya Allah berilah kebahagiaan pada mereka dunia akhirat………………….





Sabtu, 10 september 2011



Nia
Selengkapnya...

Sabtu, 09 Juli 2011

gAk g3nah..........*Tabassum*

Bismillah

Hari yang cerah, tak secerah hatiku. kabut hitam menggantung di sudut hati. tapi hujan tak kunjung turun. seolah bongkahan itu telah mengeras. hatiku.

ingin ku buang jauh2 energi negatif yang menyelimutiku saat ini. capek sudah di hinggapi pikiran2 kacau tak berujung.

ooopppzzzz.......kenapa hanya keluhan yang keluar dari lisan ini....


Sungguh aku tak boleh berpikir seperti ini......deuhhhh nia....normalkan pikiranmu....(sambil ngejeduk2 pala ke tembok) hhe...sadis amat sih....

Positif Thinking...
ya..!! itu yang harus ku lakukan. tak baik selalu meratapi kesalahan. malah makin lemah. wake up nia...!!!!

benar2 wake up nieh......jadi tidak menyambung tidur lagi setelah subuh......(hhe..kebiasaan.....)
Selengkapnya...

Jumat, 17 Juni 2011

Haramnya Nyanyian dan Alat Musik



Haramnya Nyanyian dan Alat Musik

Allah Ta’ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna sehingga dia menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan.” (QS. Luqman: 6)

Abdullah bin Mas’ud berkata menafsirkan ‘perkataan yang tidak berguna’, “Dia -demi Allah- adalah nyanyian.” Dalam riwayat lain beliau berkata, “Itu adalah nyanyian, demin yang tidak ada sembahan yang berhak selain-Nya,” beliau mengulanginya sebanyak 3 kali.


Ini juga merupakan penafsiran dari Ibnu Abbas dan Jabir bin Abdillah dari kalangan sahabat. Dan dari kalangan tabi’in: Ikrimah, Said bin Jubair, Mujahid, Mak-hul, Al-Hasan Al-Bashri, dan selainnya. (Lihat selengkapnya dalam Tafsir Ibnu Katsir: 3/460)

Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiallahu anhu bahwa dia mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعازِفَ

“Kelak akan ada sekelompok kaum dari umatku yang akan menghalalkan zina, kain sutra (bagi lelaki), khamar, dan alat-alat musik.” (HR. Al-Bukhari no. 5590)
Kalimat ‘akan menghalalkan’ menunjukkan bahwa keempat hal ini asalnya adalah haram, lalu mereka menghalalkannya.

Lihat pembahasan lengkap mengenai keshahihan hadits ini serta sanggahan bagi mereka yang menyatakannya sebagai hadits yang lemah, di dalam kitab Fath Al-Bari: 10/52 karya Al-Hafizh dan kitab Tahrim Alat Ath-Tharb karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah.

Penjelasan ringkas:
Nyanyian secara mutlak adalah hal yang diharamkan, baik disertai dengan musik maupun tanpa alat musik, baik liriknya berbau maksiat maupun yang sifatnya religi (nasyid). Hal itu karena dalil-dalil di atas bersifat umum dan tidak ada satupun dalil yang mengecualikan nasyid atau nyanyian tanpa musik.

Jadi nyanyian dan musik ini adalah dua hal yang mempunyai hukum tersendiri. Surah Luqman di atas mengharamkan nyanyian, sementara hadits di atas mengharamkan alat musik. Jadi sebagaimana musik tanpa nyanyian itu haram, maka demikian pula nyanyian tanpa musik juga haram, karena keduanya mempunyai dalil tersendiri yang mengharamkannya.

Sebagai pelengkap, berikut kami membawakan beberapa ucapan dari keempat mazhab mengenai haramnya musik dan nyanyian:

A. Al-Hanafiah.
Abu Hanifah rahimahullah berkata, “Nyanyian itu adalah haram dalam semua agama.” (Ruh Al-Ma’ani: 21/67 karya Al-Alusi)
Abu Ath-Thayyib Ath-Thabari berkata, “Abu Hanifah membenci nyanyian dan menghukumi perbuatan mendengar nyanyian adalah dosa.” (Talbis Iblis hal. 282 karya Ibnu Al-Jauzi)

B. Al-Malikiah
Ishaq bin Isa Ath-Thabba’ berkata, “Aku bertanya kepada Malik bin Anas mengenai nyanyian yang dilakukan oleh sebagian penduduk Madinah. Maka beliau menjawab, “Tidak ada yang melakukukan hal itu (menyanyi) di negeri kami ini kecuali orang-orang yang fasik.” (Riwayat Al-Khallal dalam Al-Amru bil Ma’ruf wan Nahyu anil Munkar hal. 142, Ibnu Al-Jauzi dalam Talbis Iblis hal. 282, dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Tahrim Alat Ath-Tharb hal. 98)
Abu Ath-Thayyib Ath-Thabari berkata, “Adapun Malik bin Anas, maka beliau telah melarang dari menyanyi dan mendengarkan nyanyian. Dan ini adalah mazhab semua penduduk Madinah.” (Talbis Iblis hal. 282)

C. Asy-Syafi’iyah.
Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Aku mendapati di Iraq sesuatu yang bernama taghbir, yang dimunculkan oleh orang-orang zindiq guna menghalangi orang-orang dari membaca AL-Qur`an.” (Riwayat Abu Nuaim dalam Al-Hilyah: 9/146 dan Ibnu Al-Jauzi dalam Talbis Iblis hal. 283 dengan sanad yang shahih)
Taghbir adalah kumpulan bait syair yang berisi anjuran untuk zuhud terhadap dunia, yang dilantunkan oleh seorang penyanyi sementara yang hadir memukul rebana mengiringinya.

Kami katakan: Kalau lirik taghbir ini seperti itu (anjuran zuhur terhadap dunia) dan hanya diiringi dengan satu alat musik sederhana, tapi tetap saja dibenci oleh Imam Asy-Syafi’i, maka bagaimana lagi kira-kira jika beliau melihat nasyid yang ada sekarang, apalagi jika melihat nyanyian non religi sekarang?!
Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiah berkata mengomentari ucapan Asy-Syafi’i di atas, “Apa yang disebutkan oleh Asy-Syafi’i bahwa taghbir ini dimunculkan oleh orang-orang zindiq adalah ucapan dari seorang imam yang mengetahui betul tentang landasan-landasan Islam. Karena mendengar taghbir ini, pada dasarnya tidak ada yang senang dan tidak ada yang mengajak untuk mendengarnya kecuali orang yang tertuduh sebagai zindiq.” (Majmu’ Al-Fatawa: 11/507)

Ibnu Al-Jauzi berkata, “Murid-murid senior Asy-Syafi’i radhiallahu anhum mengingkari perbuatan mendengar (nyanyian).” (Talbis Iblis hal. 283)

Ibnu Al-Qayyim juga berkata dalam Ighatsah Al-Luhfan hal. 350, “Asy-Syafi’i dan murid-murid seniornya serta orang-orang yang mengetahui mazhabnya, termasuk dari ulama yang paling keras ibaratnya dalam hal ini (pengharaman nyanyian).”
Karenanya Ibnu Al-Jauzi berkata dalam Talbi Iblis hal. 283, “Maka inilah ucapan para ulama Syafi’iyah dan orang-orang yang baik agamanya di antara mereka (yakni pengharaman nyanyian). Tidak ada yang memberikan keringanan mendengarkan musik kecuali orang-orang belakangan dalam mazhabnya, mereka yang minim ilmunya dan telah dikuasai oleh hawa nafsunya.”

D. Al-Hanabilah
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku bertanya kepada ayahku tentang nyanyian, maka beliau menjawab, “Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan di dalam hati, saya tidak menyukainya.” (Riwayat Al-Khallal dalam Al-Amru bil Ma’ruf hal. 142)
Ibnu Al-Jauzi berkata dalam Talbis Iblis hal. 284, “Adapun nyanyian yang ada di zaman ini, maka terlarang di sisi beliau (Imam Ahmad), maka bagaimana lagi jika beliau mengetahui tambahan-tambahan yang dilakukan orang-orang di zaman ini.”
Kami katakan: Itu di zaman Ibnu Al-Jauzi, maka bagaimana lagi jika Ibnu Al-Jauzi dan Imam Ahmad mengetahui bentuk alat musik dan lirik nyanyian di zaman modern seperti ini?!

Kesimpulannya:
Ibnu Taimiah rahimahullah berkata, “Imam Empat, mereka telah bersepakat mengharamkan alat-alat musik yang merupakan alat-alat permainan yang tidak berguna.” (Minhaj As-Sunnah: 3/439)

Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata, “Hendaknya diketahui bahwa jika rebana, penyanyi wanita, dan nyanyian sudah berkumpul maka mendengarnya adalah haram menurut semua imam mazhab dan selain mereka dari para ulama kaum muslimin.” (Ighatsah Al-Luhfan: 1/350)

Al-Albani rahimahullah berkata dalam Tahrim Alat Ath-Tharb hal. 105 berkata, “Para ulama dan fuqaha -dan di antara mereka ada Imam Empat- telah bersepakat mengharamkan alat-alat musik, guna mengikuti hadits-hadits nabawiah dan atsar-atsar dari para ulama salaf.”
Selengkapnya...

Minggu, 24 April 2011

Dari kami untukmu para mujahid (*teroris)



Bismillah

Kepada AL-HAFIEZH, Yang Maha Memelihara dan Menjaga semua mahlukNYA termasuk juga memelihara dan menjaga amal perbuatan hamba-hambaNYA maka kami meminta agar tulisan kami ini terpelihara dan terjaga niatnya agar ikhlas semata-mata karna mengharap Ridho dariNYA.

Tulisan ini kami tujukan kepada kalian yang dianggap mujahid tetapi senjata perangnya juga melukai saudara muslimahnya yang berdiam diri di rumahnya...

Bagaimana mungkin engkau dikatakan mujahid???

Tidakkah yang menggelarimu demikian membuka mata atas tulisan ilmiyah dari saudara-saudara kami diluar sana yang benar-benar mengikuti cara beragamanya Rosulullah??? Tidakkah dari bacaan tersebut engkau dapat membedakan antara teroris dengan mujahid, bukankah sungguh gelar yang amat jauh berbeda bagai bumi dan langit???

Kami bukan hendak menulis apa yang telah banyak ditulis saudara kami tersebut, akan tetapi kami hanya ingin menyampaikan efek dari serpihan-serpihan bom kalian didalam rumah kami...

Tahukah kalian bahwa kami juga kesusahan dan bersedih hati karna ulah kalian sebagian dari ibu kami susah untuk tidur hanya karna bimbang dengan putrinya yang terlihat bersemangat menuntut ilmu agama, para ibu kami hawatir kami jatuh dalam pemahaman seperti kalian... karna tampak padanya kalian adalah pemuda yang kuat agamanya....

Ibu-ibu kami hawatir dari mulut-mulut kami putrinya yang mereka lahirkan dengan rasa sakit tiada kentara akan keluar kata pengakfiran kepada mereka,, padahal dari rahim-rahim mereka kami terlahir sebagai putri muslimah...

Sebab itu sebagaian dari kami sukar mendapat izin keluar rumah untuk menghadiri majelis dzikir, padahal kalian tahu dari majelis-majelis itulah kami belajar mengenal ALLAH, mengenal RasulNYA dan mengenal agama islam ini.. bukankah kalian sendiri tahu bahwa ada banyak keutamaan dalam majelis ilmu itu...

lantas ibu kami kah yang harus disalahkah??? Padahal tak semua ibu kami faham dengan syari’at Islam ini. Tahukah kalian yang disana sebagian dari ibu kami adalah awwam, mereka tak banyak mengerti tentang agama ini... apakah yang kalian ingin dari kami?? Membantah mereka kah? Menegakan penjelasan dengan paksa kah?? atau Apakah kalian ingin kami (para Muslimah) ini keluar rumah tanpa pamit kepada wali-wali kami?? Apakah pergi diam-diam dan membawa pulang papan nama “kenakalan” seolah-olah kami menjadi anak gadisnya yang pembangkang?? Adakah harus pergi menuntut ilmu dalam keadaan orang tua kami hatinya terluka, sedih atau bahkan tidak ridho??

Andaikan kalian tahu belum tentu dirumah-rumah kami mendapat pelajaran keagamaan, belum tentu ada media pembelajaran untuk ilmu-ilmu syar’i... belum tentu yaa Akhi...

Tidakkah kalian merasa membuat kami penuntut ilmu yang sangat junior ini kesusahan???

Apakah benar jika jihad itu berdampak kesulitan untuk muslim yang lain??

Adakah juga kalian ketahui bahwa sebagian dari kami tak dapat berhijab dengan syar’i karna orang tua kami tak berniat membelikan pakaian-pakaian demikaian agar anaknya tak berpenampilan bak teroris... yah, sebab jasa kalian pakaian syar’i itu kini mendapat gelar pakaian teroris... sebab jasa kalian pula kami jadi berlatih kesabaran untuk bisa menjelaskan dengan baik dan pelan-pelan kepada orangtua kami bahwa pakian syar’i itu bukanlah pakaian bakal jadi calon istri-istri teroris..

Wahai saudaraku, kami bukanlah bagian dari kaum kalian yang bisa dengan mudah keluar rumah, yang dengan mudah bekerja untuk memenuhi kebutuhan kami, yang dengan mudah tinggal/tidur dimana saja, kami bukanlah laki-laki... kami adalah wanita yang ada pada diri kami hak para Wali....

Ketika fitnah/cobaan atas ulah teror ini menghampiri kami bahkan ketika kami berada di dalam tempat-tempat yang menjadi hijab kami yakni di rumah-rumah kami sendiri... kami seakan-akan tak dapat berbuat apa-apa melainkan tetap bertaqwa kepada ALLAH semampu yang kami bisa dengan tetap harus menta’ati orang tua kami yang telah terparadigma pemikiranya bahwa semangat beragama kami dapat membawa kami menjadi seorang yang berpemahaman teroris.. hanya kepada ALLAH Ta’alaa sajalah kami meminta dapat lolos dari fitnah ini...

Dan kami juga berharap tiada suadari kami yang menjadi kesusahan atas jodoh yang soleh... karna sebagian dari ayah-ayah atau wali-wali kami telah terlihat wanti-wanti jika rumahnya dinaiki oleh laki-laki yang berpenampilan syar’i (berjenggot dan bercelana centeng) dengan memiliki hajat khusus terhadap putrinya...

Pernah ada diantara ayah kami yang berkata, “aku tak ingin putriku diboyong jika nanti dinikahi laki-laki berjenggot karna bisa saja ia meninggalkan putriku begitu saja dengan alasan ‘jihad’nya...”

Bagaimana mungkin Ayahanda kami hawatir menyerahkan hak perwaliannya kepada laki-laki yang berpenampilan syar’i? Adakah mereka takut sunnah itu hanya ada pada covernya saja? adakah karna bentuk sayangnya kepada kami, yang tak ingin kami nantinya menjadi seperti istri-istri teroris yang ditelantarkan hak-haknya???

Pun kalian membuat perkataan kami tak lagi didengar sepenuhnya oleh keluarga kami... embel-embel “seperti teroris” itu berat bagi kami penuntut ilmu pemula wahai yang hanya bermodalkan semangat untuk menjadi mujahid!!

Kenapa kalian tega melakukan ini kepada kami??? Bukankah kalian ketahui sendiri bahwa yang kita dakwahkan ini adalah dakwah tauhid, dakwah yang membutuhkan waktu yang panjang sebagaimana dakwahnya para Nabiyullah... janganlah kalian membuat keluarga kalian dan keluarga kami menjadi antipati duluan terhadap para pendakwahnya, karena bagaimana hendak didakwahkan jika demikian??

Kami juga sampaikan kepada kalian, jika kalian benar atas pemahanan takfiri kalian tersebut kenapa kerja dakwah kalian sembunyi-sembunyi??? Identitas saja kalian tak berani tunjukkan dengan jujur??? Bukankah agama Islam diakui di Negara kita ini? Kenapa mesti takut? Bukankah perasaan takut diketahui orang lain itu hanya ada pada dosa/aib?

Kasihanilah juga istri-istri kalian yang hidupnya terkesan bagai pelarian... dan kalian para istri rujuklah kepada salaful ummah...

Source :
24 April 2011 ba'da Subuh

www.facebook.com/rindu.menikah
Selengkapnya...

Rabu, 20 April 2011

Peran Ilmu Dalam Kehidupan Sehari-hari



Bumi tanpa cahaya matahari akan hampa dan kehidupan akan binasa. Begitulah ibarat hati manusia, tanpa cahaya ilmu hati akan sakit dan mati. Di dalam hati seorang yang sakit, terdapat dua kecintaan dan dua penyeru. Kecintaan terhadap syahwat-syahwat, mengutamakannya dan semangat untuk melampiaskannya. Terdapat hasad, sombong, bangga diri, suka popularitas dan suka membuat kerusakan di muka bumi dengan kekuasaannya.

Dia akan diuji di antara dua penyeru kepada Allah dan Rosul-Nya serta negeri akhirat dan penyeru kepada kenikmatan dunia yang fana. Maka dia akan menjawab seruan itu mana yang paling dekat dengannya.

Seorang yang hatinya mati, dia tidak tahu tentang Rabb-nya, tidak menyembah-Nya, tidak mencintai apa yang dicintai-Nya dan tidak mencari Ridlo-Nya. Tetapi dia hanya menurti ambisi syahwat walaupun di sana akan mendatangkan kemarahan Rabb-Nya. Dia tidak peduli apakah Rabb-Nya ridlo atau murka yang penting dia telah melampiaskan syahwat dan keinginannya.

Rasa cinta, takut, pengharapan, keridloan, kemarahan, pengagungan, dan kerendahan dirinya diperuntukkan kepada selain Allah. Jika cinta, benci, memberi dan tidak memberi karena hawa nafsunya. Hawa nafsunyalah yang paling dia utamakan dan paling dia cintai dibanding keridoan maulanya (Allah Ta’ala). Maka jadilah hawa nafsu sebagai pimpinannya, syahwat sebagai penuntunnya, kebodohan sebagai pengemudinya dan lalai sebagai kendaraannya.

Sebagai hati yang disinari oleh cahaya ilmu dan disirami sejuknya ilmu, penyakit-penyakit yang berkarat di dalam hati akan terkikis dan sirna, jadilah hati tersebut bersih, sehat dan selamat.

Hati yang selamat adalah hati yang selamat dari setiap syahwat yang selalu menyelisihi perintah dan larangan Allah, selamat dari setiap syubhat (bid’ah) yang merancukan wawasannya, selamat dari kesyirikan dan selamat dari berhukum kepada selain Rosul-Nya.

Dia selalu mengutamakan keridhoan-keridhoan Rabb-Nya dengan segala cara. Rasa cinta, tawakal, taubat, takut, pengharapan dan amalannya ikhlas hanya untuk Allah. Jika dia cinta, memberi dan tidak semuanya karena Allah Ta’ala. Seorang yang mempunyai hati inilah yang selamat pada hari kiamat.

Allah berfirman : “Pada hari yang tidak bermanfaat harta tidak pla anak kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat” (Q.S Asy-Syu’ara : 88 – 89). (lihat Kitab Mawaridul Aman Al-Muntaqo min Ighotsatil Lahafan fi Mashoyidis Syaithon karya Al-Allamah Ibnu Qoyyim Al-Jauziah dengan tulisan Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid Hal 33 – 37).

Demikian keadaan hati yang tidak disinari dan hati yang selalu disinari dan disirami cahaya ilmu. Jelaslah bahwa ilmu itu sebagai obat penyakit yang ada pada dada manusia. Allah Ta’ala berfirman : “Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepada kalian, pelajaran dari Rabb kalian dan penyembuh bagi penyakit (yang ada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(Q.S. Yunus : 57).

“Maka Mauidlah (pelajaran/ilmu) sebagai obat dari kebodohan dan penyelewengan hati. Sesungguhnya kebodohan itu adalah penyakit, obatnya adalah bimibngan’. Demikian penafsiran al Allamah Ibnu Qoyyim Al Jauziyah Rahimahullah (lihat Kitab Mawarid hal 45).

Dengan ini wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki atau perempuan, budak maupun orang merdeka untuk menuntut ilmu. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, “Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah dan dihasankan oleh Imam Al-Mizzy).

Kemudian apa sebetulnya yang dimaksud engan ilmu yang disebutkan dalam Al-Quran dan Hadits tentang keutamaan dan kedudukan orang yang mengilmuinya ? Al Imam Ibnu Hajar Al-Atsqolani rahimahullah menafsirkan ayt yang dibawaka oleh Al-Imam Bukhori dalam shohihnya “Bab Keutamaan Ilmu” : “Katakanlah (wahai Muhammad) Ya Rabbku tambahkanlah kepadaku ilmu” (QS Thoha : 114)

Beliau (Ibnu Hajar) berkata : “Ini dalil yang sangat jelas tentang keutamaan ilmu, karena Allah tidak pernah menyuruh Nabi-Nya Shalallahu’alaihi wasallam untuk meminta tambhan kecuali tambahan ilmu. Maksud ilmu tersebut adalah ilmu syar’I, yang berfaedah memberi pengetahuan apa yang wajib atas setiap mukallaf (muslim dan muslimah yang baligh) tentang perkara agama,ibadah dan muamalahnya. Ilmu mempelajari tentang Allah dan sifat-sifatnya dan apa yang wajib dia lakukan dari perintah-Nya serta mensucikannya dari sifat-sifatnya dan apa yang tercela. Poros dari semua itu adalah ilmu tafsir, ilmu Hadits dan ilmu Fiqh” (lihat Kitab Fathul Baari Syarah Shohih Bukhari 1/40).

Maka ilmu yang wajib kita pelajari adalah ilmu yang mempelajari tentang Allah, Rasul-Nya, Agama-Nya dengan dalil-dalil (lihat kitab Al-Ushuluts Tsalatsah karya Syaikhul Islam Muhammad Bin Abdul Wahab bin Sulaiman Bin Ali At-Tamimi Rahimahullah hal 1-3).

Belajar ilmu yang dimaksud di atas, harus bersumber dari Al-Quran dan Hadits sesuai dengan pemahaman Salaf (para Sahabat Nabi Shalallahu’alaihi wasallam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik). Sebagian Ahlul ilmu (para ulama) sepakat : “ilmu adalah firman Allah dan sabda Rasul-Nya serta perkataan para sahabat tiada keraguan padanya”(lihat Bahjatunnadlirin syarah Riyadlusshalihin karya Syaikh Salim Bin ‘Ied Al-Hilali Juz 2 Hal 462).

Al-Imam Al-Auza’I berkata “Ilmu adalah apa yang datang dari sahabat-sahabat Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam dan sesuatu yang tidak datang dari mereka, maka itu bukan ilmu.”(dikeluarkan oleh Ibnu Abdilbar dalam kitab Al-Jaami’ 2/29)

Al-Imam Abu Muhammad Al-Barbahari rahimahullah menyatakan, "Bahwa al-haq (kebenaran) adalah apa yang datang dari sisi Allah Azza wa Jalla, as-sunnah : sunnah (hadits) Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam dan Al-Jama'ah : kesepakatan (ijma') para sahabat-sahabat shalallahu'alaihi wasallam pada khalifah Abu Bakar, Umar, dan Utsman." (Syarhus Sunnah hal 105 No. 105).



sumber : http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=169
Selengkapnya...

Nasehat untuk para pendidik



كلمة توجيهية للمدرسين

Berhati hatilah dari seluruh ma`shiyat besar atau kecil, sesungguhnya Allah Ta`ala telah menjanjikan atas siapapun yang menjauhi dosa dosa besar akan menghapus dosa dosa kecilnya, dan akan memasukannya kedalam jannahNya, Allah Tabaaraka wa Ta`ala berfirman :

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلا كَرِيمًا (٣١)

jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). An Nisaa` (31).

Artinya banyaknya kebajikan dan keberkatan, berhati hati dari dosa dosa kecil, al Imam al Bukhari telah meriwayatkan dalam shohihnya hadist dari Anas bin Maalik radhiallahu `anhu berkata beliau :

“إنكم لتعملون أعمالا هي أدق في أعينكم من الشعر، إن كنا لنعدها على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم من الموبقات”.

“Sesungguhnya kalian telah mengamalkan `amalan `amalan yang dimata kalian lebih halus dari rambut, sesungguh kami mengkategorikan di zaman Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam sebagai al muubiqaat (yang membinasakan)”.[1]

Berkata abu `Abdillah : yang dimaksud demikian ialah al Muhlikaat (yang membinasakan).

Berkata al Imam al Auza`iy : “Jangan kamu melihat kepada kecilnya ma`shiyat, akan tetapi lihatlah kepada Besarnya siapa yang kamu durhakai”.

Ketiga : Qudwah yang baik, sudah sesuatu yang dima`lumi bahwa seorang penuntut `ilmu akan terpengaruh dengan gurunya, dia akan senang untuk taqlid pada gurunya dan berqudwah dengannya, maka diwajibkan atas para pendidik dan pengajar jangan sampai perkataannya menyelisihi perbuatannya, Allah Ta`ala berkata :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ (٢)كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ (٣)



2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?

3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. As shof (2-3).

Dan Allah Jalla Sya`nuhu berfirman tentang NabiNya Syu`eib `Alaihis Sholaatu was Sallaam :

قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلا الإصْلاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ (٨٨)

88. Syu’aib berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Rabbku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. Huud (88).

kamu melarang dari akhlaq yang jelek, lalu kamu mendatangi semisalnya, `aib yang besar atas engkau bila kamu mengerjakannya.

Berkata penya`ir :

لا تنه عن خلق وتأتي مثله عار عليك إذا فعلت عظيم

Berkata Allah Ta`ala :


وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا (٥٣)

53. dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. Al Israa` (53).

Allah Ta`ala berkata :


وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (٣٤)

34. dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Fusshilat (34).

Al Imam at Tirmidziy telah meriwayatkan dalam sunannya hadist dari jalan Abid Darda` bahwa an Nabiy Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda :

“ما شيء أثقل في ميزان المؤمن يوم القيامة من خلق حسن وإن الله ليبغض الفاحش البذيء”.

“Tidak ada sedikitpun yang lebih berat ditimbangan seorang mu`min pada hari kiamat nanti dari akhlaq yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang berkata keji dan jelek”.[2]

Akhlaq yang baik mencakup sisi sisi yang sangat banyak dari kehidupan seorang muslim dalam ucapannya dan `amalannya; dalam `ibadahnya kepada Rabbnya, mu`aamalahnya sesama hamba Allah, berkata `Abdullah bin al Mubaarak : “Akhlaq yang baik ialah wajah yang berseri, menyebarkan kebajikan, menahan gangguan, dan hendaklah kamu memberikan `udzur kepada manusia”.

Saya washiyatkan kepada pengajar hendaklah berakhlaq yang baik dengan sahabat sahabatnya, dengan para muridnya, bahkan dengan wali wali muridnya, dan hendaklah berlemah lembut dalam bermu`amalah dengan mereka.

Al Imam Muslim telah meriwayatkan satu hadist dalam shohihnya dari jalan `Aaisyah radhiallahu `anha bahwa an Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata :

“إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه، ولا ينزع من شيء إلا شانه”.

“Tidak terdapat kelembutan pada sesuatu kecuali menghiasinya, dan tidak dicabut kelembutan dari sesuatu kecuali merusaknya”.[3]

Dan sesungguhnya Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling terbaik akhlaqnya, maka barang siapa yang ingin sampai kepada akhlaq yang mulia, hendaklah dia ber uswah dengan Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam, telah meriwayatkan at Tirmidziy dalam sunannya hadist dari jalan Anas bin Malik radhiallahu `anhu berkata :

“خدمت النبي عشر سنين، فما قال لي أف قط، وما قال لشيء صنعته: لم صنعته؟ولا لشيء تركته: لم تركته؟”.

“Saya menjadi pembantu Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam sepuluh tahun, sama sekali beliau tidak pernah berkata uffin pada saya, dan tidak pernah berkata terhadap sesuatu yang saya perbuat: kenapa kamu kerjakan itu?, dan juga terhadap sesuatu yang saya tinggalkan: kenapa kamu tinggalkan?”.[4]

Kelima : Hendaklah seorang guru bersemangat dalam mendidik anak didiknya dengan tarbiyatan shoolihah, dia ajarkan pada mereka tentang perkara perkara Islam dan Iman, lalu dia tanamkan rasa kecintaan pada Allah dan pengagunganNya pada hati hati mereka, demikian juga kecintaan kepada Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam, kemudian dia jelaskan pada mereka wajibnya mengikuti beliau Shollallahu `alaihi wa Sallam, ber`amal dengan Sunnahnya `alaihis Sholaatu was Salaam, berqudwa dengannya Shollallahu `alaihi wa Sallam, lalu diajarkan pada mereka adab adab yang baik, dan akhlaq yang mulia, seperti adab adab masjid, majlis, menghormati guru dan orang yang lebih tua, juga adab dengan teman teman dan sahabat, dan biasakan kepada mereka bertutur kata yang baik, dan wanti wanti mereka dari perkataan yang jelek, dan selain dari yang demikian dari adab adab yang indah serta sifat sifat yang mulia.

الحمد لله رب العالمين، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

Diterjemahkan oleh al Ustadz Abul Mundzir/Dzul Akmal Lc, dari kitab: “ad Durarul Muntaqoot minal Kalimaatil Mulqoot Duruus Yaumiyyah”, halaman 645-649, oleh ad Doktor Amin bin `Abdillah as Syaqaawiy.

Rimbo Panjang, komplek Ponpes Ta`zhiimus Sunnah as Salafiyah, Sabtu malam Ahad bertepatan dengan 25 Sya`ban 1430 H/15 Agustus 2009 M.


Sumber : http://thullabul-ilmiy.or.id/blog/
Selengkapnya...

Antara Penuntut Ilmu dan Pecandu Internet

بسم الله الرحمن الرحيم

Antara Penuntut Ilmu dan Pecandu Internet





Seorang penuntut ilmu, pertama sekali dia memperhatikan perbaikan dirinya sendiri dan senantiasa bersikap lurus, karena dia adalah teladan, baik dalam akhlaqnya maupun sikapnya.

Seorang penuntut ilmu, sangat bersemangat untuk meraih suatu kemanfaatan, bermajelis dengan para pemilik ilmu, pemilik keutamaan dan sifat wara’.

Seorang penuntut ilmu, senantiasa membekali diri dengan ilmu yang bermanfaat, menjaga waktunya (dari hal-hal yang tidak berguna), hingga engkau tidak melihatnya kecuali selalu mengambil manfaat, berpaling dari perkara yang sia-sia dan menyibukkan diri dengan perkara yang bermanfaat saja.


Seorang penuntut ilmu, apabila dia berbicara maka dia memberi manfaat dengan perkataannya, jika dia menulis maka dia memberi manfaat dengan tulisannya, hingga orang yang bermajelis dengannya tidak akan pernah kosong dari suatu manfaat.

Seorang penuntut ilmu, menghargai kemulian ilmu dan kedudukan ulama, dia mengambil ilmu dari para ulama, menhormati dan mendoakan mereka serta memohon rahmat untuk (ulama) yang sudah meninggal.

Seorang penuntut ilmu, membenci ghibah dan membenci orang yang suka berghibah, dia juga tidak ridho apabila aib seseorang dibicarakan di depannya. Engkau lihat seorang penuntut ilmu itu bersikap tawadhu’, tidak mengangkat dirinya melebihi kedudukannya yang sebenarnya, tidak berbangga dengan sesuatu yang tidak dia miliki, tidak tertipu dengan pujian dan sanjungan, tidak meninginkan ketenaran, tidak pula kedudukan di tengah-tengah manusia, karena dia tahu bahwa yang mampu mengangkat dan merendahkan seseorang hanyalah Allah Ta’ala, bukan seorang manusia.

Seorang penuntut ilmu, senantiasa berdakwah dan mensihati kaum muslimin, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar sesuai dengan kaidah-kaidah syari’ah dan tatanan masyarakat. Engkau lihat seorang penuntut ilmu itu sangat bersemangat dalam menyatukan ummat, merekatkan hati-hati mereka dan membenci perpecahan antara Ahlus Sunnah, karena dia mengetahui bahwa perpecahan itu selalu bersama kebid’ahan dan persatuan selalu menyertai sunnah. Oleh karenanya dikatakan, “Ahlus Sunnah wal Jama’ah (persatuan)” dan “Ahlus Bid’ah wal Furqoh (perpecahan)”.

Demikian pula engkau lihat seorang penuntut ilmu selalu menjaga lisannya, dia tidak mengomentari semua gosip dan isu yang tersebar di masyarakat, karena dia tahu bahwa semua perkataan dan perbuatannya akan dihisab.

Seorang penuntut ilmu, memperhatikan maslahat pada setiap perkataan dan perbuatannya, dia tidak membuka pintu (mencontohkan) keburukan bagi manusia, tidak membicarakan perkara yang batil, tidak sibuk dengan permasalahan yang tidak dipahaminya, dia tidak masuk dalam suatu pembicaraan kecuali berdasar ilmu, sehingga dia tahu penyebab masalah yang ada dan apa solusinya. Benar-benar dia telah menyiapkan jawaban di hadapan Allah Ta’ala kelak (atas semua perkataan dan perbuatannya).

Inilah sebagian sifat penuntut ilmu, semoga Allah Ta’ala menganugarahkan sifat-sifat tersebut kepada kita.

Adapun pecandu internet, keadaannya terbalik, sebagaimana telah dimaklumi dan disaksikan.




Pecandu internet akhlaqnya rendah, suka melanggar kehormatan, menyia-nyiakan waktu tanpa manfaat, menyerang siapa saja tanpa memperdulikan kemuliaan ilmu, umur, kehormatan dan keutamaan. Dia juga berlagak ‘alim, mencari-cari kekurangan dan kesalahan orang lain, semua itu adalah buah dari mencandu internet secara berlebihan. Hari dan tahun yang dia lalui kosong tak berarti, hingga akhirnya dia tidak bisa tenang dan tidak membiarkan orang lain tenang.

Maka, jika engkau ingin menjadi penuntut ilmu, jalannya ada di depanmu dan telah jelas bagimu tanda-tandanya. Namun jika kamu memilih jadi pecandu internet, jalannya juga ada di depanmu, yang dipenuhi dengan kotoran dan najis, maka kotorilah dirimu sesuai kehendakmu, akan tetapi janganlah engkau membohongi manusia, sehingga engkau disangka seorang penuntut ilmu!

Diterjemahkan dari website resmi Asy-Syaikh Abu Malik Abdul Hamid Al-Juhani hafizhahullah, Imam dan Khotib Masjid Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu di Yanbu’ Al-Bahr, juga Da’i di Kementrian Wakaf, Dakwah dan Bimbingan KSA, dari artikel yang berjudul:

الفرق بين طالب العلم , وطالب الأنترنت

[1] Nasihat ini beliau tulis sebagai nasihat kepada para penuntut ilmu yang berdakwah via internet, sekaligus sebagai celaan terhadap orang-orang yang suka menyebar kerusakan di internet, mengoyak persatuan Ahlus Sunnah dan membuat lari kaum muslimin dari dakwah yang penuh berkah ini



source :

http://nasihatonline.wordpress.com/2010/11/01/antara-penuntut-ilmu-dan-pecandu-internet/
Selengkapnya...

Benarkah Hajar Aswad disembah ???????????

Bagaimana membantah orang yang mengatakan “Wahai kaum muslimin, kalian sendiri menyembah batu (hajar Aswad) & berputar mengelilinginya! Lantas kenapa kalian menyalah-nyalahkan yang lain menyembah berhala dan patung/gambar?"

Syaikh Sholeh Al Fauzan memberikan jawaban sebagai berikut:

Ini jelas kebohongan yang nyata, kami sama sekali tidak menyembah batu (Hajar Aswad), melainkan kami menyentuhnya dan menciumnya sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ...lakukan. Ini artinya kami lakukan hal tersebut dalam rangka ibadah dan mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mencium Hajar Aswad adalah bagian dari ibadah sebagaimana kita wuquf di ‘Arofah, bermalam di Muzdalifah dan thawaf keliling baitullah (Ka’bah). Juga kita mencium Hajar Aswad dan menyentuhnya atau memberi isyarat padanya, itu semua adalah bentuk ibadah pada Allah, bukan berarti menyembah batu tersebut. Lebih dari itu, kita bisa beralasan dengan apa yang dilakukan oleh Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhuu ketika mencium Hajar Aswad. Ketika itu beliau mengatakan:

“Memang aku tahu bahwa engkau hanyalah batu, tidak dapat mendatangkan manfaat atau bahaya. Jika bukan karena aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, aku tentu tidak akan menciummu.” (HR. Bukhari 1597 dan Muslim 1270)

Oleh karena itu, masalah ini adalah berkaitan dengan bagaimana umat Islam mengikuti tuntunan Nabinya dan bukan menyembah batu (Hajar Aswad). Jadi, sebenarnya mereka yang menyebarkan isu demikian telah merencanakan kebohongan atas umat Islam, kita sama sekali tidak menyembah Ka’bah. Bahkan yang kita sembah adalah Rabb pemilik Ka’bah.

Begitu pula kita melakukan thawaf keliling Ka’bah dalam rangka ibadah pada Allah ‘azza wa jalla karena Allah-lah yang memerintahkan kita untuk melakukan seperti itu. Kita melakukan demikian hanya menaati Allah ‘azza wa jalla dan mengikuti tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sumber: 'Aqidatul-Haaj Fi Dhouil Kitaab was Sunnah, Syaikh Sholeh Al Fauzan, hal.22-23.

“Apa yang dikatakan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Al Hasyr : 7)

Yakni apa yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam perintahkan kepadamu maka kerjakanlah dan apa yang dilarangnya, jauhilah. Sesungguhnya beliau hanya memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kejelekan.
Selengkapnya...

Rabu, 13 April 2011

Selamat Bahagia



Assalamu’alaykum warohmatulloh wabarokatuh

Barakallahu laka wabaraka alaika, wa jamaa bainakuma fi khoir.

Salam sahabatku…

Ku yakin saat kau terima kado ini dan membaca surat ku ini kau telah berubah status. Yaitu menjadi seorang istri dari lelaki yang telah Alloh pilihkan untukmu. Hmmm…., mungkin saat kau membuka kado-kado pernikahan pandanganmu tak langsung pada kado mungil ini…maklum lah, mungkin ia tak begitu mewah……

Aku senang melihat rona bahagia di wajahmu sahabatku, senyum terpancar bak cahaya setiap kali kau mendapat ucapan selamat dari handai taulan, kerabat dan sahabat2mu yang menghadiri acara bahagiamu.


Dan kebersamaan kita pun tidak akan bisa seperti dulu lagi… (ya iyalah…kan dah ada misua) hhe…

Teringat masa-masa dulu. Ketika kita sama2 mencari manhaj yang lurus ini. Dari curhat kita yang sama merasakan masih kurangnya ilmu. Akhirnya kita pun mencari majelis ilmu yang sangat begitu indah ini. Alhamdulillah………..

Dan satu kenangan yg tak terlupakan sahabat……….

Kau ingat waktu aku datang ke tempat kerjamu…., niatku ingin nebeng makan siang. Akhirnya kita makan sepiring berdua. Setelah selesai makan kau melihat raut wajahku yang aneh begitu juga aku melihat raut wajahmu yang juga aneh. Dan akhirnya aku duluan yg bersuara kukatakan tanpa malu-malu…

“kak .., aku masih lapar”

“sama. Kakak juga” akhirnya qt tertawa berbarengan.

Ya pantas aja masih lapar karena bekal yang seharusnya untuk dirimu harus rela berbagi denganku.

Heuheuheuheu….

Tak kehilangan akal. Kau pun membeli goreng. Untuk mengubati perut yang masih lapar. (dah di kasih nebeng makan nasi , makan gorengan juga masih nebeng)….hehehe

Selesai sudah acara makan-makan kita. Setelah itu kita berencana ke tempat salah satu ummahat. Sepulang dari tempat ummahat itu kita melihat tempat makan yang asyik. (dari tadi makan-makan aja ya temanya)…..^_*

Kau bermaksud untuk mengajakku makan di tempat itu. Tempatnya lumayan mewah. Mirip Café. Bakso Kepala Sapi. Nama tempat makanan itu.

Baaakkkkksooooooooooo……!!!! Pekikku histeris. Tapi hanya di dalam hati. Karena kalau betul-betulan teriak norak baget sih aku. Ntar malah bisa-bisa kau tidak jadi ngajak makannya. Hihihi….kucoba menjaga sikap sebaik mungkin agar semuanya lancar2 saja. Hhe…

Tapi……..

Kau hanya memesan satu porsi saja. Ya sudahlah. Biarkan aku melihatmu makan sendiri. Sambil gigit jari. (hhee….gak segitu nya kaleeee)

Dan…..hahahah…..lagi-lagi kau mengajakku makan satu porsi berdua. Gubraaaakkkkkkkkk

Di tempat umum gini kita makan sepiring berdua eh salah maksudnya semangkuk berdua..(bakso kan pake mangkuk jadi gak cocok klo kata2nya sepiring berdua ^_^)

Apa kata orang , nih orang makan semangkuk berdua karena kere ato karena romantis….

Oopppzzz…….,

Ahhhh….tak peduli apa kata orang klo mikir2 gitu aku yang gak kebagian…hhe

Tancap terus…

^_~




Selengkapnya...

Kali Ke Empat kena Tilang

Bismillah

********

Tepat pukul 15.00 sore teng setelah menerima sms dari adikku aku langsung go ke bandara sepulang ngantor. Setelah sampai di bandara aku terus saja menyapu pandanganku di sekitar sudut bandara. Siapa tahu saja dia sedang bersembunyi. (emg main petak umpet) ^^

Setelah ku tahu posisinya ku dekati dia. Bak seorang ojek aku langsung menyusun barang-barangnya di motor maticku. Setelah ku pastikan penumpangku duduk aku pun langsung tancap gas. Di perjalanan baru tersadar bahwa adikku tidak memakai helm.

Akhirnya ku putuskan meninggalkannya di tengah jalan (teganya dirimu…..) lalu berusaha mencari helm dari tempat kerja teman yg terdekat dari lokasi (ini transit yg kedua setelah di Jakarta dari solo tadi dia di transit ..hhe).


Nihil. Temanku itu tidak punya helm. Ya terang saja dia kan gk pake motor. Masak naik oplet/metro mini harus pake helm juga ……(sp tahu aja ada peraturan baru)…..GubRaaaakkkkkk…

Ah nia ini ada-ada saja.

Ku telfon teman kerjaku. Barangkali dia masih di kantor dan membawa helm. Alhamdulillah ia masih di kantor dan bersedia helmnya di pinjam. Jadi gmn dengan dia?? Kebetulan rumahnya dekat dari tempat kerja jadi tidak ada polisi di perjalanan pulang kerumahnya. Dia membawa helm demi keselamatan saja. GOOD…GOOD…GOOD….

Akhirnya…., helmnya sudah ada di genggaman. Segera ku beri ke adikku. Ku susun kembali barang2 nya karena tadi sempat ku turunkan demi MEMBURU helm.

Jalanan pekanbaru sempit sekali hingga semua pengguna jalan harus perlahan-lahan menggunakan kendaraannya. Di karenakan adanya pembuatan jembatan layang.

Pas di persimpangan harapan raya dengan penuh sesak motor yang masih perlahan-lahan, tiba-tiba ………………PRIIIITTTTTTTTTT…!!!!! sempat-sempatnya polisi menyetop kami dan menyuruh meminggirkan motor.

Pak polisi meminta surat-surat kendaraan. Waduuhhhh……., benar-benar keadaan terjepit. Surat-surat yang lain lengkaplah. Yang gak ada itu ya SIM.

Akhirnya hanya STNK yang dapat kuberikan pada pak polisi. Setelah itu kami di persilahkan memasuki sebuah ruangan untuk menyelesaikan perkara ini. Dengan ogah-ogahan aku mengikuti saja apa yang di suruh polisi itu.

“Kamu mengendarai tanpa SIM”. Kata si pak polisi

“Jadi apa masalahnya” tantangku (dengan wajah tanpa berdosa campur geram menyelimuti hati)

Aku betul2 kesel, dongkol di buat ulah polisi ini. Udah jalanan gak nyaman sikap nya juga membuat gak nyaman. Ughhh…..lagian kenapa mesti buat SIM. Dengan sekuat tenaga ku angkat meja pak polisi dan ku lemparkan sekeras-kerasnya.

Polisi itu hanya bisa melongo saja melihat tingkahku. Sungguh aku benar2 panas tak dapat ku kendalikan amarahku. Aku benci sekali polisi itu.

Malas banget buat SIM. Urusannya pun bukan 1 atau 2 jam. Seharian. Malah ada yang bilang bisa lebih dari satu hari. Aduhhh ribetnya. Belum lagi harus berfoto. Sungguh aku sangat tak menginginkannya.

Masih dengan mata yang menyala-nyala di penuhi amarah aku keluar dari ruang kecil itu. Dan berlalu keluar tanpa menghiraukan panggilan mereka.


************

Aku segera tersadar dari lamunanku. Ternyata tadi itu hanya hayalanku karena rasa kesal yang memuncak. Ahirnya si bapak memberi dua pilihan.

Motor di tahan atau membayar denda.

karena itu motor adikku yang cowok. Tentu aku tak ingin dia tahu klo motornya di tahan karena di tilang.

Akupun lebih memilih membayar denda.

Biarlah sekali-sekali infaq pada pak polisi. Huufff……

Ya Sudahlah…..

Jangan perturut hawa nafsu. Lagian diri sendiri yang salah. Mengendarai tanpa SIM.

Astaghfirullah…......

Selengkapnya...

Kamis, 07 April 2011

Mengoperasikan Windows XP Tanpa Mouse




Bismillah

*********

Salam sobat blogger yang dirahmati Alloh pada kesempatan ini saya kembali membagi-bagi ilmu yang saya dapat dari membaca blog teman.

Selain keyboard, mouse memang telah menjadi bagian yang hampir tidak dapat lagi dipisahkan dengan komputer kita. Tanpa mouse kita harus banyak-banyak menggunakan shortcut. Mula-mula memang terasa sangat berat, tapi setelah banyak shortcut yang kita hafal, justru pekerjaan kita akan terasa semakin efisien, karena tangan kita tidak perlu sering-sering berpindah dari keyboard ke mouse, dan sebaliknya.

inilah shortcut-shortcut yang paling sering di gunakan :

1. Untuk menjalankan sebuah aplikasi, tekan tombol [Windows] kemudian dengan tombol panah atas, bawah, kiri, dan kanan, pilihlah aplikasi yang akan kita jalankan, kemudian tekan [Enter]. Tombol [Windows] adalah tombol yang berada di antara [Ctrl] dan [Alt] sebelah kiri yang bergambar logo Windows. Jika keyboard Anda tidak memiliki tombol ini, dapat digantikan dengan menekan tombol [Ctrl] dan [Esc] secara bersamaan.

2. Untuk menutup aplikasi yang sedang aktif, tekan tombol [Alt] [F4]

3. Di Windows, biasanya kita menjalankan beberapa aplikasi secara bersamaan, misalnya Windows Explorer, Outlook Express, Microsoft Word, dan Internet Explorer. Nah untuk berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi yang lain tekan dan tahan tombol [Alt] kemudian dengan tombol [Tab] pilihlan aplikasi yang akan kita aktifkan.

4. Untuk menjalankan Windows Explorer tekan [Windows] dan tombol [E]

5. Hampir setiap aplikasi di Windows memiliki sebuah icon kecil di sebelah title bar. Jika di-klik (dengan mouse) akan menampilkan system menu, antara lain Minimize, Move, dan Maximize. Dengan keyboard Anda bisa memanggil system menu ini dengan [Alt] [Spacebar].

6. Untuk me-minimize semua aplikasi yang aktif (alias show desktop), tekan [Windows] [M], efek yang sama saya dapatkan jika menekan tombol [Windows] [D].

7. Untuk logoff user yang sedang aktif tekan tombol [Windows] [L]

8. Tekan tombol [Windows] [F] untuk file search

Masih ada puluhan, bahkan mungkin ratusan shortcut yang tidak dapat saya tampilkan di sini. Jika ingin mendalami masalah per-shortcut-an ini silahkan cari di google dengan keyword “mouseless windows” atau “windows without mouse“.

Menggunakan MouseKeys

Jika kita tidak memiliki mouse, maka pointer mouse akan diam di tengah monitor tanpa bisa digerakkan kemana-mana. Sebenarnya kita masih bisa menggerakkan pointer mouse menggunakan fasilitas MouseKeys. Untuk mengaktifkan MouseKeys ini, caranya :

Buka Control Panel, pilih Accessibility Options, pilih tab Mouse, beri tanda centang pada Use MouseKeys.



Untuk menggerakkan pointer mouse, gunakan tombol panah (atas, bawah, kira, kanan) yang ada di Numlock, dengan kondisi Numlock harus On, jika Numlock Off, otomatis MouseKeys tidak berfungsi.

Shortcut Nakal

Nah shortcut yang terakhir ini saya temukan dengan tidak sengaja, saat mencoba-coba menemukan shortcut yang saya inginkan, malah menemukan shortcut ini. Cobalah tekan tombol [Ctrl] [Alt] dan tombol panah ke bawah. Apa yang terjadi ?

Coba saja sendiri.

Lumayan buat ngerjain temen....hhe


Selengkapnya...

Selasa, 05 April 2011

Untuk Saudariku...

Bismillah

*********



hijab itu kado
Wahai saudariku,

Kembalilah! Kembalilah dalam ketaatan sebelum terlambat! Kematian bisa datang kapan saja. Bukankah kita ingin meninggal dalam ketaatan? Bukankah kita tidak ingin meninggal dalam keadaan bermaksiat? Bukankah kita mengetahui bahwa Allah mengharamkan bau surga bagi wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang? Berpakaian tapi tidak sesuai dengan syariat maka itu hakekatnya berpakaian tetapi telanjang! Tidakkah kita rindu dengan surga?

Bagaimana bisa masuk jika mencium baunya saja tidak bisa?


Saudariku,

Apalagi yang menghalangi kita dari syari’at yang mulia ini? Kesenangan apa yang kita dapat dengan keluar dari syari’at ini? Kesenangan yang kita dapat hanya bagian dari kesenangan dunia. Lalu apalah artinya kesenangan itu jika tebusannya adalah diharamkannya surga (bahkan baunya) untuk kita?





Duhai…

Apa yang hendak kita cari dari kampung dunia? Apalah artinya jika dibanding dengan kampung akhirat? Mana yang hendak kita cari? Kita memohon pada Allah Subhanahu wa Ta’ala Semoga Allah menjadikan hati kita tunduk dan patuh pada apa yang Allah syariatkan. Dan bersegera padanya…





Saudariku,

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyariatkan kepada para muslimah untuk menutup tubuh mereka dengan jilbab.

Lalu jilbab seperti apa yang Allah maksudkan?



Jilbab kan modelnya banyak…



*Semoga Allah memberi hidayah padaku dan pada kalian untuk berada di atas ketaatan dan istiqomah diatasnya*





Iya, saudariku.

Sangat penting bagi kita untuk mengetahui jilbab seperti apa yang Allah maksudkan dalam perintah tersebut supaya kita tidak salah sangka.



Sebagaimana kita ingin melakukan sholat subuh seperti apa yang Allah maksud, tentunya kita juga ingin berjilbab seperti yang Allah maksud.



“Ya… terserah saya! Mau sholat subuh dua rokaat atau tiga rokaat yang penting kan saya sholat subuh!”

“Ya… terserah saya! Mau pake jilbab model apa, yang penting kan saya pake jilbab!”





Mmm…

Tidak seperti ini kan?



Saudariku.... ijinkan ku tuk melanjutkan suratku buatmu....





Adapun secara ringkas, jilbab wanita muslimah mempunyai beberapa persyaratan, yaitu:



1. Menutup seluruh badan



Adapun wajah dan telapak tangan maka para ulama berselisih pendapat. Sebagian ulama menyatakan wajib untuk ditutup dan sebagian lagi sunnah jika ditutup. Syekh Muhammad Nasiruddin Al Albani dalam buku nya Jilbab al Mar’ah al Muslimah fil Kitabi wa Sunnahpendapat sunnah. Masing-masing pendapat berpijak pada dalil sehingga kita harus bisa bersikap bijak. Yang mengambil pendapat sunnah maka tidak selayaknya memandang saudara kita yang mengambil pendapat wajib sebagai orang yang ekstrim, berlebih-lebihan atau sok-sokan karena pendapat mereka berpijak pada dalil. Adapun yang mengambil pendapat wajib maka tidak selayaknya pula memandang saudara kita yang mengambil pendapat sunnah sebagai orang yang bersikap meremehkan dan menyepelekan sehingga meragukan kesungguhan mereka dalam bertakwa dan berittiba’ (mengikuti) sunnah nabi. Pendapat mereka juga berpijak pada dalil.



*Semoga Allah menjadikan hati-hati kita bersatu dan bersih dari sifat dengki, hasad, dan merasa lebih baik dari orang lain*



2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan

3. Kainnya harus tebal dan tidak tipis

4. Harus longgar, tidak ketat, sehingga tidak dapat menggambarkan bentuk tubuh

5. Tidak diberi wewangian atau parfum

6. Tidak menyerupai pakaian laki-laki

7. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir

8. Bukan libas syuhrah (pakaian untuk mencari popularitas)





“BERAT!Rambutku kan bagus! Kenapa harus ditutup?

Lagi pula kalau ditutup bisa pengap, nanti kalau jadi rontok gimana?”



“RIWEH!Harus pakai kaus kaki terus.

Kaus kaki kan cepet kotor, males nyucinya!”





“Baju yang kaya laki-laki ini kan baju kesayanganku! Ini style ku! Kalau pake rok jadi kaya orang lain. I want to be my self! Kalau pakai bajunya cewek RIBET! Gak praktis dan gak bisa leluasa!”







Saudariku,

Sesungguhnya setan tidak akan membiarkan begitu saja ketika kita hendak melakukan ketaatan kecuali dia akan membisikkan kepada kita ketakutan dan keragu-raguan sehingga kita mengurungkan niat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:



“Iblis menjawab: Karena Engkau telah menjadikanku tersesat, maka aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka, belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka, sehingga Engkau akan mendapati kebanyakan mereka tidak bersyukur.” (Qs. Al A’raf: 16-17)



Ibnu Qoyyim berkata “Apabila seseorang melakukan ketaatan kepada Allah, maka setan akan berusaha melemahkan semangatnya, merintangi, memalingkan, dan membuat dia menunda-nunda melaksanakan ketaatan tersebut. Apabila seorang melakukan kemaksiatan, maka setan akan membantu dan memanjangkan angan dan keinginannya.”





Mungkin setan membisikkan

“Dengan memakai jilbab, maka engkau tidak lagi terlihat cantik!”





Sebentar!

Apa definisi cantik yang dimaksud?

Apa dengan dikatakan “wah…”, banyak pengagum dan banyak yang nggodain ketika kita jalan maka itu dikatakan cantik?



Sungguh!



Kecantikan iman itu mengalahkan kecantikan fisik.Mari kita lihat bagaimana istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shohabiyah! Apa yang menyebabkan mereka menduduki tempat yang mulia? Bukan karena penampilan dan kecantikan, tetapi karena apa yang ada di dalam dada-dada mereka. Tidakkah kita ingin berhias sebagaimana mereka berhias? Sibuk menghiasi diri dengan iman dan amal sholeh.







Wahai saudariku,

Seandainya fisik adalah segala-galanya, tentu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan memilih wanta-wanita yang muda belia untuk beliau jadikan istri. Namun kenyataannya, istri-istri nabi adalah janda kecuali Aisyah radhiyallahu ‘anha.





Atau… mungkin setan membisikkan

“Dengan jilbab akan terasa panas dan gerah!”





Wahai saudariku,

Panasnya dunia tidak sebanding dengan panasnya api neraka. Bersabar terhadapnya jauh lebih mudah dari pada bersabar terhadap panasnya neraka. Tidakkah kita takut pada panasnya api neraka yang dapat membakar kulit kita? Kulit yang kita khawatirkan tentang jerawatnya, tentang komedonya, tentang hitamnya, tentang tidak halusnya?







Wahai saudariku,

Ketahuilah bahwa ketaatan kepada Allah akan mendatangkan kesejukan di hati. Jika hati sudah merasa sejuk, apalah arti beberapa tetes keringat yang ada di dahi.Tidak akan merasa kepanasan karena apa yang dirasakan di hati mengalahkan apa yang dialami oleh badan.



Kita memohon pada Allah Subhanahu wa Ta’ala Semoga Allah memudahkan nafsu kita untuk tunduk dan patuh kepada syariat.





“Riweh pake kaus kaki.”

“Ribet pake baju cewek.”
“Panas! Gerah!”









Saudariku…

Semoga Allah memudahkan kita untuk melaksanakan apa yang Allah perintahkan meski nafsu kita membencinya.Setiap ketaatan yang kita lakukan dengan ikhlas, tidak akan pernah sia-sia. Allah akan membalasnya dan ini adalah janji Allah dan janji-Nya adalah haq.



“Celana bermerk kesayanganku bagaimana?”

“Baju sempit itu?”
“Minyak wangiku?”









Saudariku…

Semoga Allah memudahkan kita untuk meninggalkan apa saja yang Allah larang meski nafsu kita menyukainya. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Semoga Allah memudahkan kita untuk bersegera dalam ketaatan, Meneladani para shohabiyah ketika syariat ini turun, mereka tidak berfikir panjang untuk segera menutup tubuh mereka dengan kain yang ada.





Saudariku,

Jadi bukan melulu soal penampilan! Bahkan memamerkan dengan menerjang aturan Robb yang telah menciptakan kita.



Tetapi…

Mari kita sibukkan diri berhias dengan kecantikan iman.Berhias dengan ilmu dan amal sholeh, Berhias dengan akhlak yang mulia. Hiasi diri kita dengan rasa malu! Tutupi aurat kita! Jangan pamerkan! Jagalah sebagaimana kita menjaga barang berharga yang sangat kita sayangi.Simpanlah kecantikannya, Simpan supaya tidak sembarang orang bisa menikmatinya! Simpan untuk suami saja, Niscaya ini akan menjadi kado yang sangat istimewa untuknya.





Saudariku,

Peringatan itu hanya bermanfaat bagi orang yang mau mengikuti peringatan dan takut pada Allah.



Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,

“Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan takut kepada Robb Yang Maha Pemurah walau dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.” (QS. Yasin: 11)



Kita memohon pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang mau mengikuti peringatan, Semoga Allah memasukkan kita kedalam golongan orang-orang yang takut pada Robb Yang Maha Pemurah walau kita tidak melihat-Nya, Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang mendapat kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia. Kita berlindung pada Allah dari hati yang keras dan tidak mau mengikuti peringatan. Kita berlindung pada Allah, Semoga kita tidak termasuk dalam orang-orang yang Allah firmankan dalam QS. Yasin: 10 (yang artinya):





“Sama saja bagi mereka apakah kami memberi peringatan kepada mereka ataukah kami tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.” (QS. Yasin: 10)



sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=158572254200989

Selengkapnya...

Trik Menyembunyikan File Rahasia ke dalam Gambar

Bismillah

*********

Trik Menyembunyikan File Rahasia ke dalam Gambar - Salam sobat blogger yang dirahmati Alloh pada kesempatan ini saya membagi-bagi ilmu yang saya dapat dari membaca blog teman yaitu trik bagaimana cara menyembunyikan file rahasia di dalam sebuah gambar. Ok tanpa panjang lebar disimak ya ....

Sebelum menyembunyikan file ke dalam gambar pastikan komputer sobat sudah terinstall winrar. Dan siapkan sebuah gambar berformat .jpg atau .jpeg . Berikut langkah-langkahnya :

1. Kumpulkan semua file rahasia sobat yang ingin di sembunyikan dalam satu folder dan compres jadi satu menggunakan winrar. Contoh saya akan mengompress folder NIA_SAYYIDA menggunakan winrar jadi NIA_SAYYIDA.rar





2. Siapkan sebuah gambar berformat . jpg dan letakkan dalam satu directory dengan file yang sudah dicompress tadi. Misal saya meletakkan gambar NIA.jpg





3. buka Command Prompt ketikkan perintah berikut

copy /b NIA.jpg+NIA_SAYYIDA.rar hasil.jpg

karena file tersebut di Drive D maka ketikkan dulu perintah untuk berpindah directory, barulah ketikkan perintah copy diatas.





4. Jika berhasil akan seperti gambar diatas dan coba buka explore maka akan muncul gambar baru dengan nama hasil.jpg kalo dilihat sekilas tidak ada bedanya dengan gambar lain, tapi coba perhatikan ukuran gambar bertambah besar.




Nah sampe disini sobat sudah bisa menyembunyikan file rahasia sobat. Gambarpun masih bisa dilihat seperti biasa.

5. selanjutnya Bagaimana Cara Untuk membukanya??
klik kanan pada file gambar hasil.jpg lalu pilihlah [Open With] –> Pilihlah WinRar
Kalo belum ada list program WinRar klik [Choose default program..] klik [Browse] cari program WinRar di folder installernya dan [Open]



Gimana sob, cukup mudah bukan untuk menyembunyikan file rahasia ke dalam sebuah gambar, jika sobat punya file rahasia silahkan dicoba langkah diatas.....

Selamat mencoba dan semoga bermanfaat,,,

Selengkapnya...

Minggu, 03 April 2011

Cara Menghapus Akun Email

Bismillah

*********



Cara Menghapus Akun Email - Masih di Pembelajaran Komputer dan Internet dengan tema pembahasan email.



Mungkin adakalanya dimana sobat ingin menghapus atau menonaktifkan akun email sobat, karena tidak terpakai selain untuk alasan keamanan. Nah jika sobat kelak ingin menghapus atau menonaktifkan email sobat lakukanlah seperti dibawah ini.

Untuk menghapus atau menonaktifkan akun email di yahoo dan google masing masing mempunyai cara sendiri, Yang pertama cara untuk menghapus akun email yahoo :

1. Kunjungi http://edit.yahoo.com/config/delete_user dari browser sobat.

2. Silahkan sobat login menggunakan email sobat yang ingin dinonaktifkan, akan muncul halaman konfirmasi sebagai berikut.



3. Silahkan masukkan password dan code verifikasi seperti yang tertera pada gambar.

4. Klik Tutup Akun ini, jika sobat ingin menonaktifkan email sobat.


Yang kedua cara untuk menghapus akun email dari Gmail :

1. Kunjungi https://www.google.com/accounts/EditServices dari Browser sobat.

2. Silahkan sobat login menggunakan email google sobat, maka akan muncul halaman seperti dibawah ini.




3. Akan ada 3 pilihan mode penghapusan yakni silahkan sobat pilih diantaranya :

* Hapus Gmail secara permanen, menghapus akun email sobat di google.
* Hapus Riwayat Web secara permanen, menghapus riwayat web yang sobat kunjungi.
* Tutup account dan hapus semua layanan dan info yang bersangkutan dengan layanan tersebut, menutup akun sobat dan semua layanan atau produk google lainnya.


Nah gimana sobat, mudah bukan untuk menghapus akun email di yahoo dan google, mungkin semua ini tak terpikirkan oleh sobat yang mempunyai akun email lebih dari satu. Nah bila ingin mencoba tafadhol......

Selengkapnya...

Jumat, 25 Maret 2011

Insya Alloh Pilihan yang terbaik....amin...

Bismillah



*********



Dialog hatiku terhenti pada satu keputusan.



Terngiang kata2 yang menohok hati, “ketika akidah itu sudah tertancap kuat di dalam hati maka apa2 yang di cintai Alloh dan Rasulnya maka lakukanlah dan apa2 yang di benci Alloh dan Rasulnya maka tinggalkanlah”




Akhirnya surat pengunduran diri telah ku layangkan. Ku lebih memilih tempat kerja dimana aku bisa belajar dan mengajar TAUHID.



Bila materi yang ku kejar mungkin aku akan tetap bertahan disini. Tapi ku tak ingin menyiksa ruh ku dan menjauhkannya dari yag HAQ.



Akhir April kan ku awali langkahku dengan pekerjaan baru.



Semoga Alloh meneguhkan hati ini dan senantiasa memberi petunjukNya pada diri ini.



Amin allohumma amin

Selengkapnya...

Template by : kendhin x-template.blogspot.com