Click here for Myspace Layouts

Mulailah membaca Artikel-Artikel ini dengan Bismillah

Selasa, 20 Oktober 2009

Akhirnya cintaku berlabuh pada Allah.....

Awalnya aku bertemu dengannya di sebuah acara yang di selenggarakan di rumahku sendiri, gadis itu sangat berbeda dengan cewek-cewek lain yang sibuk berbicara dengan laki-laki dan berpasang-pasangan. Sedangkan dia dengan pakaian muslimah rapi yang dikenakannya membantu mamaku menyiapkan hidangan dengan segala kebutuhan dalam acara tersebut. Sesekali gadis itu bermain di taman bersama anak-anak kecil yang lucu, kulihat betapa lembutnya dia dengan senyuman manis kepada anak-anak.

Dari sikapnya itu aku tertarik untuk mengenalnya, akhirnya dengan pede-nya kuberanikan diri untuk mendekatinya dan hendak berkenalan dengannya. Namun, kenyataannya dia menolak bersalaman denganku, dan Cuma mengatakan, "Maaf" dan berlalu begitu saja meninggalkanku. Betapa malunya aku dengan teman-teman yang berada di sekitarku. "ini cewek kok jual mahal banget! Padahal begitu banyak cewek yang justru berlomba-lomba mau jadi pacarku. Dia, mau kenalan saja tidak mau!" ujarku.

Dari kejadian itu aku menjadi penasaran dengan gadis tersebut. Lalu aku mencari tahu tentangnya. Ternyata dia adalah anak tunggal sahabat rekan bisnis papa. Setiap ada acara pertemuan di rumah gadis itu, aku selalu ikut bersama papa.

Gadis itu bernama nina, kuliah di sebuah fakultas kedokteran. Dia merupakan anak yang tidak suka berpesta, berfoya-foya dan keluyuran seperti cewek kebanyakan di kalangan kami. Aku pun jarang melihatnya jika aku pergi ke rumahnya. Dengan berbagai alasan yang kudengar dari pembantunya, sakitlah, lagi mengerjakan tugas, atau kecapean. Pokoknya, dia tidak pernah mau keluar. Hingga suatu hari aku dan papa sedang bertamu ke rumahnya, pada saat itu nina baru saja pulang-dengan busana muslimahnya yang rapi-, terlihat turun dari mobil, namun belum jauh melangkah dia pun terjatuh pingsan dan mukanya terlihat sangat pucat. Kami yang berada di ruang tamu bergegas keluar dan papanya pun menggendong ke kamar serta meminta tolong kami untuk menghubungi dokter. Dari hasil pemeriksaan dokter, nina harus dirawat di rumah sakit. Keesokan harinya aku datang ke rumah sakit ber-maksud untuk menjenguknya, betapa kagetnya aku ketika kutahu nina terkena leukimia (kanker darah). Aku bertanya, "kenapa gadis selembut dan sesopan dia harus mengalami hal itu?" perasaan kesalku padanya kini berubah menjadi kasihan dan khawatir. Setiap usai kuliah kusempatkan untuk datang menjenguknya. Aku mendapatinya sering menangis sendirian..entah itu karena tidak ada yang menjaganya atau karena penyakit yang diderita.

Beberapa hari di rumah sakit, nina memintaku keluar setiap kali aku masuk. Aku pun mendatanginya di rumah, tapi dia tidak pernah mau keluar menemuiku dan hanya mengurung diri di dalam kamar. Aku tidak menyerah begitu saja, kucoba menelpon nina dan berharap dia mau bicara denganku. Namun, dia tetap tidak mau mengangkat telpon dariku, lalu kukirimkan sms kepadanya agar dia mau menjadi pacarku, tetapi tidak ada balasan malah hp-nya dinonaktifkan semalaman. Keesokan harinya aku enkat datang ke rumahnya untuk meminta maaf atas kelancanganku. Ternyata ia akan bernagkat ke kota makassar, kampung orang tuanya. Karena orang tuanya tak dapat mengantarnya aku pun menawarkan diri untuk mengantarnya, tapi nina lebih memilih naik taksi dengan alasan tidak mau merepotkan orang. Sebelum naik ke mobil dia menitipkan kertas untukku kepada mamanya.
Alangkah hancur hatiku ketika membaca sebait kalimat yang berbunyi, "maaf saat ini aku hanya ingin berkonsentrasi kuliah." hatiku remuk dan ku pulang denganperasaan kesal sekai. Ini pertama kalinya aku ingin pacaran, tapi ditolak. Sebenarnya, aku tidak begitu suka dengan hubungan seperti pacaran itu karena begitu banyak dampak negatifnya, sampai ada yang rela bunuh diri karena ditinggalkan kekasihnya, naidzubillahi min dzalik.

Dari perpisahan itu aku tidak pernah lagi bertemu dengannya sampai gelar sarjana aku raih. Lalu aku bekerja di perusahaan milik keluargaku sebagai satu-satunya ahli waris. Melihat ketekunanku dalam bekerja, papa nina menyukaiku hingga hubungan kami menjadi akrab dan kuutarakanlah maksudku bahwa aku menyukai nina, anaknya dan ternyata papa nina setuju untuk menjadikanku sebagai menantunya.

24 oktober 2006, bertepatan dengan hari raya idul fitri, aku dan orang tuaku bersilaturrahmi ke rumah keluarga nina dengan maksud untuk membicarakan perjodohan aku dan nina. Tapi pada saat itu nina baru di rawat di rumah sakit sejak bulan ramadhan. saat kutemui, nina terlihat sangat pucat, lemah, dan senyumnya seakan menghilang dari bibirnya. Hari itu orang tua kami resmi menjodohkan kami. Bahkan aku diminta untuk menjaganya karena orangtuanya akan bernagkat ke luar negeri. Tetapi nina tidak pernah mau meladeniku.

Suatu hari aku mendapati nina terlihat kesakitan, terlihat darah keluar dari hidung dan mulutnya. Aku bermaksud untuk membantu mengusap darah dan keringat yang ada di wajahnya, tetapi secara spontan dia menamparku pada saat aku menyentuh wajahnya. Betapa kagetnya diriku dibuatnya, aku tidak menyangka sama sekali nina menamparku. Sungguh betapa istiqomahnya dia dalam menjaga kehormatan untuk tidak disentuh oleh laki-laki yang bukan mahromnya(saat itu aku belum tahu tentang hal ini). Kejadian tersebut secara tak sengaja terlihat mama nina maka nina pun dimarahi habis-habisan hingga sebuah tamparan mendarat di pipinya. Kulihat nina segera melepas infusnya dan berlari menuju kamar mandi. Nina pun mengurung diri di kamar mandi tersebut. Dengan terpaksa kami mendobrak pintu kamar mandi dan kami dapati nina tergeletak di lantai tak sadarkan diri karena terlalu banyak darah yang keluar.

setelah sadar, aku berusaha berbicara dan minta maaf kepadanya atas kejadian tadi, namun nina terus-terusan menangis. Aku pun bertambah bingung, apa yang musti aku lakukan untuk menenangkannya. Tanpa pikir panjang aku memeluknya, tapi nina malah mendorongku dengan keras dan berlari keluar dari kamar menuju taman. Ketika kudekati, nina berteriak hingga menjadikan orang-orang memukuliku karena menyangka aku mengganggu nina. Karena itulah nina semalaman tidur di taman dan aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Setelah waktu subuh menjelang kulihat nina beranjak untuk melaksanakan shalat subuh di masjid, aku pun turut sholat. Namun setelah shalat tiba-tiba nina menghilang entah ke mana. Aku mencarinya berkeliling rumah sakit tersebut. Dan lama berselang kulihat banyak kerumunan orang dan ternyata nina sudah tak sadarkan diri tergeletak dengan hp berada di sampingnya, sepertinya dia barusan telah berbicara dengan seseorang. Keadaannya saat itu sangat kritis sehingga membuat pernafasannya harus dibantu dengan oksigen. Kata dokter paru-paru nina basah yang mungkin diakibatkan semalaman tidur di taman.

nina tak kunjung juga sadar. Dengan perasaan khawatir dan bingung aku berdoa dengan menatap wajahnya yang pucat pasi..

Tiba-tiba ada sebuah sms yang masuk ke hp nina, tanpa sadar aku pun membaca dan membalas sms tersebut. Aku juga membuka beberapa sms yang masuk ke hpnya dan aku sangat terharu dengan isinya, ternyata banyak sekali orang yang menyayanginya. Diantaranya adalah orang yang bernama ukhti, dulu sebelum aku mengetahui ukhti adalah panggilan untuk saudari perempuan, aku sempat cemburu dibuatnya. Aku mengira ukhti itu adalah pacar nina yang menjadi alasan dia menolakku.

Setelah nina tersadar dari pingsannya, aku menunjukkan sms yang dikirimkan saudari-saudarinya dan dia sangat marah ketika tahu aku sudah membaca dan membalas sms dari saudari-saudarinya. Dia pun akhirnya melarangku untuk memegang hp hya apalagi mengangkat atau menghubungi saudari-saudarinya.

Namun, tetap saja aku sering bersmsan dengan saudari-saudarinya untuk mengetahui kenapa sikap nina begini dan begitu? Dari sinilah aku mendapat sebuah jawaban bahwa nina tidak mau bersentuhan apalagi berduaan denganku karena aku bukan muhrimnya dan nina menolak untuk berpacaran serta bertunangan denganku karena di dalam islam tidak ada istilah seperti itu dan hal itu merupakan kebiasaan orang-orang non muslim.

Aku tahu juga nina mencari seseorang ikhwan yang mencintai karena Alloh subhanahu wa ta'ala bukan atas dasar hawa nafsu. Akhirnya aku tahu akan sikap nina selama ini semata-mata dia hanya ingin menjalankan syari'at islam secara benar. Hari berlalu dan aku terus blajar sedikit-demi sedikit tentang isalm dari nina dan saudari-saudarinya, terutama dalam melaksanakan sholat lima waktu tepat pada waktunya. Saat itu aku merasakan ketenangan dan ketentraman selama menjalankannya dan menimbulkan perasaan rindu kepada Alloh subhanahu wa ta'ala untuk senantia beribadah kepadaNya. Niatku pun muncul untuk segera menikahi nina agar tidak terjadi fitnah, namun kondisi nina semakin memburuk. Dia selalu mengigau memanggil saudati-saudarinya yang dicintai karena Alloh..

Melihat hal itu aku membawanya ke kota makassar, kampung mama kandung nina untuk mempertemukannya dengan saudari-saudarinya, Qadarullah aku tidak berhasil mempertemukan mereka. Yang ada, kondisi nina semakin parah dan penyakitku juga tiba-tiba kambuh sehingga aku pun harus dirawat di tumah sakit.

Orang tua nina datang dan membawanya kembali ke kota makassar tanpa sepengetahuanku karena pada saat itu aku juga di opname. Di makassar, nina diawasi dengan ketat oleh papanya, karena papa nina kurang suka dengan akhwat, apalagi yang bercadar. Rumah sakit dan rumah yang ditempati nina dirahasiakan. Dan nina punta tahu dimanakah ia berada. Karena kondisinya masih lemah, nina pun tak bisa berbuat apa-apa, bahkan ia kadang dibius, apalagi ketika akan dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang satunya agar tidak tahu dimana keberadaannya, karena papanya tidak ingin ada akhwat yang menjenguk nina. Sampai-sampai hp-nya pun diambil nina. Namun, karena nina masih mempunyai hp yang dia sembunyikan dari papanya, sehingga beberapa kali nina berusaha kabur untuk menemui saudari-saudarinya, hingga akhirnya nina dikurung di dalam kamar..

Mendengar hal itu, aku langsung menyusul nina ke makassar dan aku sempat bicara dengannya dari balik pintu. Nina menyuruhku untuk menemui seorang ustadz di sebuah masjid di kota itu. Dari pertemuanku dengan ustadz tersebut aku pun diajak ta'lim beberapa hari dan aku nginap disana. Papa nina menyangka nina telah mengusirku sehingga ia pun dimarahi. Setibanya di rumah sakit aku jelaskan duduk perkaranya kepada papa nina, bahwa ia tidak bersalah dan aku mengatakan agar pernikahan kami dipercepat.

Hari kamis, 24 november 2006. kami melangsungkan pernikahan dengan sangat sedehana. Acara tersebut Cuma dihadiri oleh orangtua kami beserta dua orang rekanan papa. Setelah akad nikah aku langsung mengantar ustadz sekalian shalat dhuhur. Betapa senangnya hatiku, akhirnya aku bisa merasakn cinta yang tulus karena alloh subhanahu wa ta'ala. Semoga kami bisa membentuk keluarga sakinah mawaddah. Wa rahmah dan senantiasa dalam ketaatan kepada alloh subahanahu wa ta'ala…doaku saat itu.

Sepulang dari mengantar ustadz, perasaan bahagia itu seakan buyar mendapati nina yang baru saja menjadi istriku tergeletak di lantai, hidung dan mulutnya kembali berlumuran darah. Dan tangannya terlihat ada goresan… kami langsung membawanya ke rumah sakit, di perjalanan, kondisi nina terlihat sangat lemah. Terdengar suaranya memanggilku dan berkata agar aku harus tetap di jalan yang diridhai-Nya sambil memegang erat tanganku karena kesakitan. Baru pertama kali ia memegang tanganku dengan tulus, air mataku tak tertahankan melihat keadaan nina yang terus berdzikir sambil menangis..dia juga selalu menanyakan saudari-saudarinya dimana?
Setibanya di RS, aku bertanya-tanya kenapa tangan nina tergores. Aku pun menulis sms kepada saudari-saudari nina. Ternyata, tangan nina tergores ketika hendak menemui saudari-saudarinya dengan keluar dari kamar. Karena pintu kamar terkunci, nina ingin keluar melalui jendela sehingga menyebabkan tangannnya tergores.

Nina tak kunjung sadar hingga larut malam, aku pun tertidur dan tidak menyadari kalau nina bangkit dari tempat tidurnya. Dia ingin sekali menemui saudari-saudarinya dan dia tidak menyadari kalau hari telah larut malam, dia Cuma bertanya, "pengen ketemu saudariku karena sudah tidak ada waktu lagi." berhubung nina masih lemah, dia pun jatuh pingsan setelah beberapa saat melangkah.
Aku benar-benar kaget dan bingung mau memanggil dokter tapi tidak ada yang menemani nina. Akhirnya, aku menghubungi slaah seorang saudarinya untuk menemani.

Setelah aku dan dokter tiba, nina sudah tidak bernafas dan bergerak lagi. Pertahananku runtuh dan hancurlah harapanku melihat nina tidak lagi berdaya.. Dokter menyuruhku keluar. Pada saat itu kukira nina telah tiada, makanya aku segera menulis sms kepada saudari nina untuk memberitahu nina bahwa nina telah tiada. Namun, begitu dokter keluar, masya alloh! Denyut jantung nina kembali berdetak dan ia dinyatakan koma. Aku hendak memberi kabar kepada saudari nina tapi hpku lowbat dan tiba-tiba penyakitku pun kambuh lagi sehingga aku harus diinfus juga.

Jam 11.30. perasaanku mengatakan nina memanggilku, maka aku seger bangkit dari tempat tidur dan melepas infus dari tanganku menuju kamar nina. Kutatap wajah nina bersamaan dengan kumandang adzan sholat jum'at. Sembari menjawab adzan, aku terus menatap wajah nina berharap dia akan membuka matanya. Begitu lafadz laailaha illallah, suara mesin pendeteksi jantung berbunyi, menandakan bahwa nina telah tiada. Aku berteriak memanggil dokter, tapi qadarullah istriku sayang telah pergi untuk selama-lamanya dari duia ini. Nina langsung dimandikan dan dishalatkan selepas shlat jum'at, lalu doterbangkan ke rumah papanya di malaysia. Untuk terakhir kalinya kubuka kain putih yang menutupi wajah nina terlihat berseri…
Aku harus merelakan semua ini, aku harus kuat dan menerima takdirNya..

Teringat kata-kata nina, "berdoalah jika memang Alloh memanggilku lebih awal dengan doa, "ya Alloh, berilah kesabaran dan pahala dari musibah yang menimpaku dan berilah ganti yang lebih baik.
Setelah pemakaman, aku langsung balik ke jakarta karena kondisiku yang kurang stabil.. Astagfirulloh!! Aku lupa memberitahu saudari-saudari nina (mungkin karena aku terlalu larut dalam kesedihan), hingga secara spontanitas aku menghubungi mereka dan menyampaikan bahwa nina benar-benar telah tiada. Aku tahu pasti, mereka pasti sedih dengan kepergian saudari-saudari mereka yang mereka cintai karena Alloh subhanahu wa ta'ala. Dari ketiga saudari nina, ada seorang yang tidak percaya dan sepertinya dia sangat membenciku. Entah, kenapa sikapnya seperti itu?

Sekiranya mereka tahu-sebelum kepergiannya, nina selalu memanggil nama mereka-..tentulah mereka semakin sedih. Dalam hp nina terlihat banyak sms yang menunjukkan betapa indahnya ukhuwah dengan saudari-saudarinya. Semoga saudari-saudari nina memaafkan kesalahannya dan dari ana pribadi.

"salam sayang dari nina tu kakak Rini, sakinah, aisyah serta akhwat di makassar. Teruslah berjuang menegakkan dakwah ilallah.syukran atas perhatian kalian.."
(adhit)


"ditulis ulang dari Rubrik Kisah kamu majalah elfata volume 07 tahun 2007"

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com